Tuesday, October 2, 2012

KENALI ANAK CERDAS DAN BERBAKAT ISTIMEWA

Pada masa kini, kecerdasan seseorang tak lagi hanya diperhitungkan
dari segi akademis. Anak-anak yang memiliki kelebihan dalam bidang
nonakademis pun kini mulai mendapat tempat. Misalnya, di bidang
olahraga dan seni. Untuk itu, sebagai orang tua, kita tidak perlu
memaksa anak-anak kita untuk menjadi anak yang paling pintar di kelas.
Daripada memaksakan anak untuk melakukan apa yang mungkin kurang bisa
dikuasainya, cobalah untuk menggali potensi kecerdasan nonakademis
yang dimiliki anak dan memupuknya dengan baik.
Anak-anak berbakat dan cerdas istimewa dapat dikenali dari beberapa
segi. Pertama, bakat turunan. Jika suami Anda senang mengotak-atik
otomotif dan anak-anak Anda suka mengamati dan selanjutnya bisa
menguasai bidang otomotif, kemungkinan mereka memiliki bakat turunan
dari suami Anda. Kedua, sensitivitas. Anak-anak yang memiliki
sensitivitas tinggi (misalnya mudah terharu, mudah tersinggung, mudah
terbangun dari tidur karena ada suara yang lirih, atau mudah mengalami
iritasi) menandakan bahwa mereka memiliki bakat istimewa. Ketiga, skor
tes IQ di atas 130. Keempat, perilaku. Anak-anak berbakat istimewa
cenderung mampu fokus pada suatu subjek, sangat jeli dan teliti,
memiliki rasa ingin tahu yang besar, memiliki ingatan tajam, mudah
menyerap pelajaran, serta mampu memberikan alasan kuat untuk segala
tindakan dan ucapannya. Kelima, penguasaan bahasa. Kosakata anak
berbakat istimewa cenderung lebih banyak daripada anak sebayanya,
mudah membaca pada usia dini, dan kritis. Jadi, mereka akan banyak
bertanya. Keenam, peka secara emosi. Tak jarang anak-anak berbakat
istimewa yang tertarik dengan topik-topik yang tidak lazim, seperti
apa itu kematian, ke mana orang sesudah mati, mengapa orang mati
membusuk, dan lain sebagainya. Secara kepekaan, anak seperti ini
biasanya sangat sensitif dan secara fisik mudah diprovokasi untuk
melakukan kegiatan luar ruangan. Ketujuh, memiliki selera humor
tinggi. Bahkan sampai ke level bisa menertawakan diri sendiri, sama
seperti orang dewasa. Mereka juga cenderung perfeksionis, suka dengan
hal-hal yang sistematis, terpola, dan selesai dengan sempurna. Anak
semacam ini selalu penuh energi, tidak mudah lelah, serta mudah
menyesuaikan diri, dan dekat dengan orang-orang dewasa. Kedelapan,
mampu berpikir abstrak. Misalnya, silsilah keluarga yang rumit.
Kesembilan, pintar menggambar. Mereka tidak hanya dapat menggambar,
namun juga dapat membangun sesuatu yang kompleks dengan pola yang
tidak biasa dengan beragam medium (balok, krayon, cat air, gambar,
pasir, tanah liat, dsb.).
Jika dilihat secara fisik, anak yang berbakat istimewa memiliki tinggi
badan lebih kurang 53-54 sentimeter saat lahir. Ukuran otaknya juga
lebih besar daripada anak lainnya. Perkembangan motorik kasarnya
sangat cepat, tetapi perkembangan motorik halusnya lebih lama. Oleh
karena itu, meskipun dia cepat membaca namun dia sulit menulis.
Anak berbakat istimewa pun berbeda dengan anak cerdas istimewa. Anak
berbakat cenderung cepat bosan, gemar bermain, tidak suka belajar
karena sudah tahu jawabannya, dan bahkan kelewat kritis, sehingga
mempertanyakan jawaban yang sudah ada. Anak cerdas suka belajar,
mendengarkan dengan baik, bisa menjawab pertanyaan dengan baik,
memberi perhatian, dan lebih senang bersosialisasi dengan teman-teman
yang seusia. Anak berbakat cenderung memberontak, agak malas, maunya
menang sendiri, tidak suka belajar, unggul dalam tes pilihan ganda
karena lebih suka menebak, dan kritis terhadap dirinya sendiri.

Anak-anak berbakat dan cerdas istimewa harus dikenali, dibimbing, dan
difasilitasi dengan pendidikan yang tepat. Jika tidak,
kelebihan-kelebihan yang mereka miliki dapat menjadi negatif.
Sayangnya, banyak guru sekolah yang mengabaikan atau memberi cap buruk
(black list) kepada anak-anak seperti itu, karena mereka cenderung
sering membuat keributan, tidak bisa tenang, malas, dan tidak bisa
mengikuti pelajaran. Dengan kondisi yang seperti itu, kemungkinan
besar mereka sering mendapat umpatan atau cemooh dari teman-teman atau
guru mereka. Hal ini tidak boleh dibiarkan karena sikap seperti itulah
yang justru semakin menjauhkan mereka dari sekolah, dan membuat mereka
semakin merasa terpuruk dan tidak berguna. Sebaliknya, dengan
memberikan perhatian dan pengarahan yang tepat sesuai minat, mereka
dapat menolong anak berbakat dan cerdas istimewa untuk meraih
kesuksesan di kemudian hari.

0 comments

Post a Comment