Kata Mutiara 1

Cinta adalah anugrah Tuhan bagi semua manusia. Cinta datang dari hati, tumbuh dalam hati, bersemi dalam hati dan cinta adalah perpaduan dua hati. Tentu saja ungkapan kata mutiara cinta juga harus datang dari hati, agar bisa didengar dan meresap serta memiliki makna yang dalam. .

Kata Mutiara 2

Cinta memberi energi kehidupan, penumbuh motivasi dan semangat. Cinta adalah hal yang terindah di dunia yang diciptakan Tuhan untuk kita. Cinta tak mampu di bunuh, cinta tak mampu di hancurkan. Dan, kata kata romantis terindahlah yang mampu mengambarkan keindahan dan kekuatan cinta.

Kata Mutiara 3

Yang memimpin wanita bukan akalnya, melainkan hatinya. Hari ini bila ia datang, jangan biarkan ia berlalu pergi. Esok kalau ia masih bertandang, jangan harap ia akan datang kembali.

Kata Mutiara 4

Saya memiliki sepasang mata, tetapi tidak dapat selalu melihatmu.Saya memiliki sepasang tangan, tetapi tidak bisa selalu melindungimu Tapi aku memiliki hati, yang selalu berdoa untuk mu

Kata Mutiara 5

Semoga kamu mendapat cukup kebahagiaan untuk membuat kamu bahagia, cukup cobaan untuk membuat kamu kuat, cukup penderitaan untuk membuat kamu menjadi manusia yang sesungguhnya, dan cukup harapan untuk membuat kamu positif terhadap kehidupan.

Kata Mutiara 6

Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat...

Kata Mutiara 7

Memang kita tlah jauh rasanya Memang kita sudah tak bersama Jika memang kita ditakdirkan tuk bersama selamanya Cinta takkan kemana..

Friday, September 21, 2012

Kesetiaan dan Kasih Sayang


Sungguh … suatu kebahagian bagiku hingga saat ini Aku senantiasa menjaga kesetiaan serta kasih sayang terhadap seseorang yang Aku sayangi.
Dialah “Cinta” sosok seorang wanita yang anggun, cantik serta mempesona. Yang tak kalah baiknya adalah dia begitu sayang terhadapku. Rasa kesetiaan serta kasih sayang ini insya Allah akan senantiasa ada untuk dia. Aku begitu sayang terhadap dia dan aku begitu merindukan hari2 dan kebersamaan yang selalu kami jalani berdua.
Sungguh … hidupku sejak saat bersama dia seolah berubah, keceriaanku yang dulu pernah terpuruk kini bangkit kembali.
Aku senantiasa berdoa kepada Allah agar Aku selalu diberikan kasih sayang Nya agar aku pun senantiasa memberikan kasih sayagku untuk dia.
Aku selalu memohon agar cinta kasih ini akan senantiasa terbina dengan baik dan mendapatkan rahmat Nya kelak (Amin)
“Cinta”, Aku selalu sayang kamu dimanapun kau berada, Aku selalu menjaga kesetiaan serta kasih sayangku dimanapun Aku berada. Sebab … di dalam hati ini … Namamu telah tertanam di dalam sanubariku.
“Cinta” …. doaku menyertaimu ….

Saturday, September 15, 2012

Keterbukaan dalam Rumah Tangga

Keterbukaan adalah kunci awal yang efektif untuk menghadapi tantangan dan memecahkan persoalan dalam kehidupan berumah tangga. Hendaknya suami dan isteri saling terbuka dan menyampaikan perasaan serta keinginan dirinya secara leluasa. Jangan ada hambatan komunikasi antara mereka berdua sejak dari awalnya. Biasakan diri berkomunikasi dengan penuh keterbukaan dan kelegaan hati.
Itulah cara saling mengenal yang amat efektif. Dengan keterbukaan, anda bisa menyingkat masa pengenalan anda dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan apabila tidak bersikap terbuka. Tentu saja pengenalan yang diperlukan antara suami isteri tidak terbatas pada hal-hal yang bersifat permukaan saja, diperlukan pengenalan yang mendalam dan tuntas. Mengenalkan segala hal yang diperlukan, meskipun tentu saja ada hal-hal tertentu yang berkaitan dengan ketidakbaikan masa lalu yang tak perlu diceritakan demi menjaga perasaan pasangan anda.
Apabila dari hari-hari pertama yang menyenangkan itu keterbukaan sudah bisa dilakukan, hendaklah suasana itu tetap dijaga dan dipertahankan untuk seterusnya. Keterbukaan adalah kunci utama menghadapi persoalan-persoalan kerumahtanggaan. Tanpa ini, yang terjadi adalah menumpuknya problem hingga tidak ada kejelasan penyelesaian. Keterbukaan adalah jalan penting menyelesaikan permasalahan.
Anda berdua perlu terbuka mengutarakan hal-hal yang anda sukai dan tidak sukai, keinginan dan harapan yang anda berikan kepada pasangan anda. Anda bisa terbuka tentang hal-hal yang berkaitan dengan kondisi diri anda sendiri untuk diketahui pasangan anda, dan anda perlu terbuka untuk menyampaikan cita-cita besar dalam kehidupan anda. Sampai kepada masalah-masalah yang teknis, anda bisa menyampaikan apa yang anda kehendaki. Bukankah itu lebih mempercepat proses pengenalan anda kepada pasangan anda ?
Dalam kehidupan keseharian, masing-masing bisa mengungkapkan keinginan hati dan perasaan tanpa ada ketakutan dan sumbatan. Masing-masing menyampaikan kisah diri dan nasihat kepada pasangannya.
Khawatir terhadap Reaksi Pasangan
Namun adakalanya sebab ketidakterbukaan adalah ketakutan atas reaksi yang akan diterima. Seorang isteri takut menyampaikan yang sesungguhnya tentang harapan atau kritikan pada suami lantaran takut respon suami akan mengecewakannya. Jangan-jangan suami akan menganggap remeh urusannya, jangan-jangan suami akan marah atau kekhawatiran lain.
Demikian pula hal yang serupa dapat terjadi pada seorang suami. Ketika ia menyampaikan sesuatu ia memiliki kekhawatiran, jangan-jangan isterinya akan menangis berlebihan untuk suatu hal yang tidak begitu penting, atau jangan-jangan isteri akan mengomelinya…
Untuk mengurangi kekhawatiran tersebut dapat ditempuh jalan diantaranya, pertama, buatlah kesepakatan tentang reaksi yang diharapkan. Misalnya, sejak awal pasangan mengungkapkan bahwa ia ingin ketika curhat didengarkan dulu, bukannya langsung dikomentari. Bagaimanapun, antara laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan cara berkomunikasi yang berbeda.
Seorang perempuan seringkali merasa dengan menceritakan masalahnya, adalah bagian dari penyelesaian masalah, karena telah terkurangi beban psikologisnya. Pihak perempuan sering kali lebih verbal. Ia menginginkan suami berespon sebagaimana ia merespon masalah. Ia terutama hanya mengharap empati bagi setiap masalahnya.
Sementara laki-laki, tidak terlalu suka jika menampakkan kegagalan dirinya. Ukuran berhasil atau gagal baginya adalah dari kemampuan menyelesaikan urusannya secara mandiri. Padahal rata-rata sikap perempuan suka memberikan pertolongan tanpa diminta. Ketika seorang laki-laki mengungkapkan sesuatu, perempuan akan membahasakan bahwa laki-laki tersebut membutuhkan banyak saran dan bantuan untuk menyelesaikan masalah. Akibatnya ia akan memberikan intervensi yang berlebihan. Dan ini kadang-kadang mengecewakan pasangannya.
Kedua, komitmen tentang sikap atau respon pasangan sebaiknya disampaikan di awal
Komitmen yang dimaksud, misalnya dengan mengatakan, “Aku ingin menyampaikan sesuatu, tetapi tolong engkau jangan tersinggung…” atau “Aku berharap, ini baru sekedar memberi tahu dulu, aku belum membutuhkan bantuan kongkritmu…” atau ungkapan lain yang anda harapkan. Ini akan sangat membantu sebagai referensi anda di masa selanjutnya tentang karakter dan harapan pasangan anda.
Terbuka untuk Kritik dan Musyawarah
Masuk dalam kategori keterbukaan ini adalah kesediaan diri untuk menerima masukan dan kritikan dari pasangannya. Tidak menutup diri dari kritik yang ditujukan atas kelemahan dan kekurangan diri. Apabila suami dan isteri telah merasa benar sendiri, dan mereka menutup masukan-masukan dari pihak lain, itu adalah awal dari kerapuhan hidup berumah tangga.
Namun kritik dan masukan harus dilakukan dengan penuh kelembutan, bukan dengan emosi dan kemarahan. Gunakan metode positif untuk mengungkapkan kritikan, jangan menggunakan ungkapan negatif. Contoh ungkapan negatif adalah, “Aku tidak suka badanmu yang gembrot”. Gunakan ungkapan positif, “Aku bangga memiliki istri cantik seperti kamu. Namun akan lebih cantik jika engkau mengikuti program untuk sedikit menurunkan berat badanmu”.
Selebihnya, musyawarah penting dilakukan guna mengantisipasi dan menuntaskan tantangan. Kebiasaan musyawarah ini akan membantu meringankan beban kehidupan suami isteri. Berbagai hambatan dipecahkan sedikit demi sedikit dengan kebersamaan, tidak menunggu sampai permasalahan bertambah menumpuk sehingga sulit dipecahkan. Musyawarah sangat efektif untuk merancang masa depan, selain mencairkan kekakuan di antara suami isteri.
Jika selama ini anda termasuk tipe orang tertutup, mungkin cukup sulit bagi anda untuk memulai keterbukaan tersebut. Diperlukan energi yang lebih untuk memulai bersikap terbuka, sebab kadang yang dijumpai bukanlah masalah keberanian, akan tetapi tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan keterbukaan tersebut. Bagaimana mengungkapkan keinginan, bagaimana menyampaikan harapan, bagaimana mengutarakan pendapat. Mungkin anda tidak tahu bagaimana anda harus mengawalinya.
Ingatlah bahwa segala sesuatu yang sulit biasanya adalah pada awalnya. Memulai sesuatu tidaklah gampang, diperlukan kesanggupan diri untuk mengiring langkah pertama. Sesuatu yang tidak biasa dilakukan, memang terasa risih ketika pertama kali melakukan. Seorang muslim yang belum pernah melaksanakan shalat berjama’ah di masjid, ia akan merasa sangat kikuk ketika untuk pertama kali menginjakkan kaki ke masjid. Seakan-akan semua mata melihat kepada dirinya. Seakan-akan orang-orang siap mentertawakan dirinya apabila ia melakukan kesalahan.
Manfaatkan Berbagai Sarana
Jika anda sulit untuk menyampaikannya secara lisan, mengapa anda tidak tuliskan saja ? Bahasa tulisan seringkali lebih matang lantaran anda dapat memikirnya berulang-ulang. Ketika anda mengungkapkan sesuatu secara verbal, kadangkala terputus di tengah jalan lantaran respon pasangan anda tidak menyenangkan atau tidak sesuai yang anda harapkan. Atau anda sendiri yang tidak bisa menguasai perasaan, misalnya kemudian menangis tersedu dan kehilangan kata-kata ketika belum tuntas maksudnya. Bahasa tulis, mungkin lebih baik. Anda dapat menyebutnya sebagai “surat cinta”.
Sebagai surat cinta tentu saja anda harus mengakhirinya dengan cinta sekalipun mungkin anda mengawalinya dengan kemarahan. Awalnya mungkin sulit untuk membuat atau melakukan dengan cara ini, namun anda akan terbiasa dan merasakan manfaatnya. Sebaiknya juga anda membuat surat balasannya sendiri. Jangan anda membebani pasangan untuk meraba-raba apa keinginan kita sebenarnya dengan menulis surat itu.
Untuk memperoleh respon yang anda harapkan, lebih baik buatlah balasannya sendiri. Balasan yang anda kehendaki. Seorang teman pernah mencoba membuat surat “cinta” ini. Kemudian suaminya hanya membaca dan tertawa. Ia sakit hati dan bersumpah untuk tidak menulis surat lagi. Padahal kalau ia mau menulis balasan yang ia harapkan suaminya akan bisa memahami keinginannya, dan dia tidak akan kecewa.
Ada kalanya surat itu belum kita sampaikan pun sudah membuat kita lega dan tidak ingin menyampaikan lagi. Andapun dapat menyampaikan balasannya dulu, baru suratnya agar pasangan anda lebih memahami maksud anda. Atau anda dapat memberikan bersama-sama. Anda dapat menyampaikan surat itu diam-diam dengan menyelipkan pada sakunya. Andapun dapat membahas bersama-sama atau anda membacakan dengan ekspresi lucu sehingga menambah suasana kemesraan di antara anda berdua. Banyak seninya dan anda akan merasakan manfaatnya.
Keterbukaan mungkin tidak gampang, namun dengan pembiasaan diri, sesuatu akan menjadi lancar dan mudah. Yang berat memang mengawalinya. Tapi, bukankah anda memang ingin berubah menuju keadaan yang lebih baik ? Maka mulailah.

Monday, September 10, 2012

Guru & Semangatnya

Menjadi guru, bukanlah pekerjaan mudah. Didalamnya, dituntut pengabdian, dan
juga ketekunan. Harus ada pula kesabaran, dan welas asih dalam menyampaikan
pelajaran. Sebab, sejatinya, guru bukan hanya mendidik, tapi juga mengajarkan.
Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu menjalankannya.
Menjadi guru juga bukan sesuatu yang gampang. Apalagi, menjadi guru bagi
anak-anak yang mempunyai “keistimewaan”. Dan saya, merasa beruntung sekali dapat
menjadi guru mereka, walau cuma dalam beberapa jam saja. Ada kenikmatan
tersendiri, berada di tengah anak-anak dengan latar belakang Cerebral Palsy
(sindroma gangguan otak belakang).
Suatu ketika, saya diminta untuk mendampingi seorang guru, di sebuah kelas
khusus bagi penyandang cacat. Kelas itu, disebut dengan kelas persiapan, sebuah
kelas yang berada dalam tingkatan awal di YPAC Jakarta. Lazimnya, anak-anak
disana berumur antara 9-12 tahun, tapi kemampuan mereka setara dengan anak
berusia 4-5 tahun, atau kelas 0 kecil.
Saat hadir disana, kelas tampak ramai. Mereka rupanya sedang bermain susun
bentuk dan warna. Ada teriak-teriakan ganjil yang parau, dan hentakan-hentakan
kepala yang konstan dari mereka. Ada pula tangan-tangan yang kaku, yang sedang
menyusun keping-keping diagram. Disana-sini terserak mainan kayu dan plastik.
Riuh. Bangku-bangku khusus berderak-derak, bergesek dengan kursi roda sebagian
anak yang beradu dengan lantai.
Saya merasa canggung dengan semua itu. Namun, perasaan itu hilang, saat melihat
seorang guru yang tampak begitu telaten menemani anak-anak disana. “Mari masuk,
duduk sini dekat Si Abang, dia makin pinter lho bikin huruf,” begitu panggilnya
kepada saya. Saya berjalan, melewati anak-anak yang masih sibuk dengan tugas
mereka. Ah benar saja, si Abang, anak berusia 11 tahun yang mengalami Cerebral
Palsy dengan pembesaran kepala itu, tampak tersenyum kepada saya. Badannya
melonjak-lonjak, tangannya memanggil-manggil seakan ingin pamer dengan
kepandaiannya menyusun huruf.
Subhanallah, si Abang kembali melonjak-lonjak. Saya kaget. Saya tersenyum. Dia
tergelak tertawa. Tak lama, kami pun mulai akrab. Dia tak malu lagi dibantu
menyusun angka dan huruf. Susun-tempel-susun-tempel, begitu yang kami lakukan.
Ah, saya mulai menikmati pekerjaan ini. Dia pun kini tampak bergayut di tangan
saya. Tanpa terasa, saya mengelus kepalanya dan mendekatkannya ke dada. Terasa
damai dan hangat.
Sementara di sudut lain, sang Ibu guru tetap sabar sekali menemani semua anak
disana. Dituntunnya tangan anak-anak itu untuk meniti susunan-susunan gambar.
Dibimbingnya setiap jemari dengan tekun, sambil sesekali mengajak mereka
tersenyum. Tangannya tak henti mengusap lembut ujung-ujung jemari lemah itu.
Namun, tak pernah ada keluh, dan marah yang saya dengar.
Waktu berjalan begitu cepat. Dan kini, waktunya untuk pulang. Setelah
membereskan beberapa permainan, anak-anak pun bersiap di bangku masing-masing.
Dduh, damai sekali melihat anak-anak itu bersiap dengan posisi serapih-rapihnya.
Tangan yang bersedekap diatas meja, dan tatapan polos kearah depan, saya yakin,
membuat setiap orang tersenyum. Ibu guru pun mulai memimpin doa, memimpin setiap
anak untuk mengatupkan mata dan memanjatkan harap kepada Tuhan.
Damai. Damai sekali mata-mata yang mengatup itu. Teduh. Teduh sekali melihat
mata mereka semua terpejam. Empat jam sudah saya bersama “malaikat-malaikat”
kecil itu. Lelah dan penat yang saya rasakan, tampak tak berarti dibanding
dengan pengalaman batin yang saya alami. Kini, mereka bergerak, berbaris menuju
pintu keluar. Tampak satu persatu kursi roda bergerak menuju ke arah saya.
Ddduh, ada apa ini?
Lagi-lagi saya terharu. Setibanya di depan saya, mereka semua terdiam,
mengisyaratkan untuk mencium tangan. Ya, mereka mencium tangan saya, sambil
berkata, “Selamat siang Pak Guru..” Ah, perkataan yang tulus yang membuat saya
melambung. Pak guru…Pak Guru, begitu ucap mereka satu persatu. Kursi roda
mereka berderak-derak setiap kali mereka mengayuhnya menuju ke arah saya.
Derak-derak itu kembali membuat saya terharu, membayangkan usaha mereka untuk
sekedar mencium tangan saya.
Anak yang terakhir telah mencium tangan saya. Kini, tatapan saya bergerak ke
samping, ke arah punggung anak-anak yang berjalan ke pintu keluar. Dalam diam
saya berucap, “..selamat jalan anak-anak, selamat jalan malaikat-malaikat
kecilku…” Saya membiarkan airmata yang menetes di sela-sela kelopak. Saya
biarkan bulir itu jatuh, untuk melukiskan perasaan haru dan bangga saya. Bangga
kepada perjuangan mereka, dan juga haru pada semangat yang mereka punya.
***
Teman, menjadi guru bukan pekerjaan mentereng. Menjadi guru juga bukan pekerjaan
yang gemerlap. Tak ada kerlap-kerlip lampu sorot yang memancar, juga
pendar-pendar cahaya setiap kali guru-guru itu sedang membaktikan diri. Sebab
mereka memang bukan para pesohor, bukan pula bintang panggung.
Namun, ada sesuatu yang mulia disana. Pada guru lah ada kerlap-kerlip cahaya
kebajikan dalam setiap nilai yang mereka ajarkan. Lewat guru lah memancar
pendar-pendar sinar keikhlasan dan ketulusan pada kerja yang mereka lakukan.
Merekalah sumber cahaya-cahaya itu, yang menyinari setiap hati anak-anak didik
mereka.
Dari gurulah kita belajar mengeja kata dan kalimat. Pada gurulah kita belajar
lamat-lamat bahasa dunia. Lewat guru, kita belajar budi pekerti, belajar
mengasah hati, dan menyelami nurani. Lewat guru pula kita mengerti tentang
banyak hal-hal yang tak kita pahami sebelumnya. Tak berlebihankah jika kita
menyebutnya sebagai pekerjaan yang mulia?
Teman, jika ingin merasakan pengalaman batin yang berbeda, cobalah menjadi guru.
Rasakan kenikmatan saat setiap anak-anak itu memanggil Anda dengan sebutan itu,
dan biarkan mata penuh perhatian itu memenuhi hati Anda. Ada sesuatu yang
berbeda disana. Cobalah. Rasakan.